
Komunitas Peduli Ciliwung yang beranggotakan mahasiswa hingga pekerja kantoran mengabdikan diri untuk membersihkan sungai yang dipenuhi sampah.
Aktivis lingkungan sekaligus anggota Komunitas Peduli Ciliwung, Suparno Jumar, mengatakan, perkumpulan itu bermula dari kegelisahan terkait masalah sampah di sungai.
“Komunitas melakukan kegiatan yang mendorong atau memotivasi pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan mungkin teman-teman dari akademis. Gerakan komunitas ini ya karena ada dasar itu,” ujar Suparno saat dihubungi Kompas.com, Senin (21/4/2025).
Suparno memutuskan untuk aktif dan terlibat dalam setiap kegiatan membersihkan Sungai Ciliwung sejak 2015 sebagai relawan karena kondisi sungai tersebut yang tercemar. Bahkan, dia rela meninggalkan pekerjaannya untuk menjadi relawan penjaga Sungai Ciliwung.
Suparno menyebut, pembersihan sungai dimulai sejak 2009 lalu setiap akhir pekannya. Mereka memungut sampah menggunakan peralatan seadanya termasuk perahu karet untuk menyusuri sungai.
“Sampah yang ditemukan di Sungai Ciliwung berupa plastik kemasan sekali pakai, plastik PET, botol PET, atau cup PET, kemasan yang single layer maupun multi layer dari makanan dan minuman,” papar Suparno.
Lainnya, sampah sisa styrofoam, kain, diapers, pembalut, serta logam. Dalam satu kali pembersihan, Komunitas Peduli Ciliwung bisa mengangkut 5 ton sampah, bergantung pada jumlah orang yang terlibat.
Suparno menyampaikan bahwa sampah yang bisa didaur ulang seperti PET diberikan cuma-cuma kepada pemulung ataupun bank sampah. Sebab, pihaknya kekurangan dana operasional maupun sumber daya manusia jika mengelola sendiri sampah daur ulang.
Sementara, jenis sampah lainnya diangkut Dinas Lingkungan Hidup Kota Bogor.
“Beberapa kali juga sampah yang dari Sungai Ciliwung dikirimkan atau diangkut ke pengelolaan sampah swasta, tetapi tidak banyak karena kami harus membayar dan nilainya cukup lumayan sebagai sebuah gerakan komunitas,” jelas dia.
Suparno mengatakan, persoalan sampah di Ciliwung turut diselesaikan Pemerintah Kota dengan mendanai komunitas melalui program Naturalisasi Sungai Ciliwung. Aktivitas para relawan kemudian diperluas ke Sungai Cisadane.