
energi nuklir sebagai salah satu alternatif energi baru terbarukan (EBT) yang potensial untuk dikembangkan dalam mendukung transisi menuju energi bersih dan rendah emisi.
Hal tersebut disampaikan oleh Anhar Riza Antariksawan, dosen Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia (Poltek Nuklir), dalam pernyataan resminya pada Senin (21/4/2025).
“Inovasi teknologi nuklir saat ini telah memasuki generasi keempat. Perkembangannya ditandai dengan desain yang lebih modern dan sistem keamanan yang jauh lebih canggih untuk pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN),” jelas Anhar.
Sejak pertama kali dikembangkan pada tahun 1954, teknologi nuklir telah mengalami empat fase evolusi besar:
Generasi I: Prototipe awal yang belum bisa dikomersialkan.
Generasi II: Mulai bersifat komersial, menggunakan air sebagai pendingin dan moderator.
Generasi III: Mengalami peningkatan kapasitas daya, sistem keamanan yang lebih handal, serta penggunaan sistem pasif yang mengikuti prinsip hukum alam.
Generasi IV: Lebih revolusioner, fleksibel, dan membuka peluang riset lanjutan untuk pengembangan teknologi nuklir yang lebih mutakhir.
Dengan kemajuan ini, energi nuklir dinilai siap menjadi bagian dari sistem energi bersih atau zero emission energy system, yang bila dikombinasikan dengan sumber energi terbarukan lain seperti surya dan angin, dapat berperan besar dalam menekan dampak perubahan iklim.
Anhar juga menegaskan bahwa pemerintah telah menetapkan Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang mendorong penggunaan maksimal energi hijau dan EBT guna menekan emisi gas rumah kaca.
Namun, ia mengingatkan bahwa keberhasilan pengembangan energi nuklir tidak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga pada kesiapan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten serta penguasaan terhadap inovasi dan teknologi.