Ilustrasi kemiri

Lihat Foto

kemiri sebagai bahan bakar pesawat berkelanjutan atau sustainable aviation fuel (SAF).

Pembahasan tersebut mengemuka saat delegasi University of Hawai’i berkunjung ke Universitas Hasanuddin (Unhas) di Makassar, Sulawesi Selatan.

Profesor Scott Q Turn dari University of Hawai’i menuturkan, di Hawaii, Amerika Serikat (AS), pihaknya mengembangkan SAF dari bahan lokal.

“Melihat potensi kemiri yang ada di Sulawesi, kami sangat tertarik untuk bekerja sama dalam riset lebih lanjut terkait kemiri sebagai bahan baku SAF,” kata Turn dilansir dari situs web Unhas, Kamis (17/4/2025).

Turn menuturkan, SAF merupakan bahan bakar alternatif yang dapat menggantikan avtur sebagai bahan bakar pesawat konvensional. 

Pemanfaatan SAF dapat mengurangi emisi karbon secara signifikan, mengingat sektor penerbangan menyumbang emisi yang cukup besar.

Peneliti Indonesia, Wendy Aritenang, menuturkan kemiri merupakan komoditas lokal yang memiliki potensi besar. 

Selain bernilai ekonomi tinggi, tanaman kemiri juga ramah lingkungan dan bisa ditanam di lahan-lahan marginal.

Wendy menyampaikan, kemiri tidak hanya memiliki nilai ekonomi yang tinggi, tetapi juga dapat menjadi solusi ramah lingkungan. 

“Integrasi sektor pertanian, kehutanan, dan energi terbarukan ini diharapkan mampu memberikan dampak positif langsung bagi masyarakat, terutama dalam meningkatkan nilai ekonomi komoditas lokal,” ungkap Wendy.

Kegiatan ini dilanjutkan dengan diskusi yang membahas langkah strategis, yaitu dimulai dengan implementasi penanaman kemiri di kawasan hutan pendidikan Unhas. 

Diskusi juga mencakup penyusunan strategi riset lanjutan, serta dukungan kebijakan untuk mengintegrasikan hasil riset dengan praktik di lapangan

Rektor Unhas Profesor Jamaluddin Jompa mengapresiasi kunjungan delegasi University of Hawai’i. 

Jamaluddin juga menjelaskan keterlibatan Unhas dalam berbagai konsorsium riset, baik pada tingkat nasional maupun internasional.

“Unhas sangat menyambut baik kerja sama ini. Kami yakin ini akan memperkaya ilmu pengetahuan dan teknologi, serta berkontribusi dalam pengembangan energi terbarukan yang berkelanjutan,” ujar Jamaluddin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *