Ilustrasi hutan (Pexels/mali maeder)

Lihat Foto

aktivitas manusia sejak 1990.

Perubahan tersebut menimbulkan ancaman semakin besar terhadap keanekaragaman hayati dan kesehatan ekosistem secara keseluruhan.

Hasil studi yang dilakukan peneliti dari Colorado State University dan The Nature Conservancy, sebuah organisasi lingkungan yang berbasis di Virginia, itu dipublikasikan di jurnal Scientific Data pada 10 April 2025.

Melansir Down to Earth, Selasa (15/4/2025), studi ini menyajikan peta global paling mutakhir yang menggambarkan peningkatan tekanan antropogenik (yang disebabkan oleh aktivitas manusia) pada lahan.

Peta juga menjelaskan bagaimana aktivitas agro-industri seperti pertanian, pembangunan perkotaan, produksi energi, dan infrastruktur telah mengubah bentuk ekosistem alami selama tiga dekade sejak 1990.

Untuk membuat peta-peta ini, para peneliti menggunakan metode yang disebut Kerangka Modifikasi Manusia (Human Modification Framework).

Metode ini membantu dalam memperkirakan sejauh mana manusia telah mengubah lingkungan alami dengan memetakan 16 jenis tekanan manusia yang berbeda seperti pertanian, konstruksi, penggunaan energi, dan polusi.

Ancaman-ancaman ini dikelompokkan ke dalam delapan kategori utama dan ditampilkan pada peta terperinci yang mencakup seluruh dunia pada skala yang sangat kecil (90 dan 300 meter).

Studi tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2022 sekitar 43 persen dari daratan Bumi masih relatif alami atau sedikit terpengaruh oleh aktivitas manusia.

Tetapi 27 persen memiliki tingkat modifikasi rendah, 20 persen tingkat modifikasi sedang, dan 10 persen tingkat modifikasi tinggi.

Ini berarti bahwa sekitar 31 juta kilometer persegi lahan, hampir seperempat dari luas daratan Bumi telah berubah secara signifikan sejak tahun 1990.

Pendorong utama perubahan ini adalah pertanian, yang mencakup hampir 47 persen dari semua lahan yang dimodifikasi. Kontribusi utama lainnya adalah infrastruktur transportasi (jalan raya, rel kereta api, dan jaringan listrik), aksesibilitas manusia, dan pembangunan perkotaan.

Kendati demikian, dampak negatif aktivitas manusia terhadap lahan tidak terjadi secara merata di seluruh dunia. Ada perbedaan signifikan antar wilayah dalam hal seberapa besar dan seberapa buruk lahan telah berubah.

Lahan di wilayah Indomalaya (yang mencakup sebagian Asia Selatan dan Tenggara) menunjukkan tingkat modifikasi manusia tertinggi, karena populasi yang padat, pertanian yang intensif, dan perluasan perkotaan.

Sebaliknya, Australasia (Australia dan pulau-pulau terdekat) mengalami transformasi terendah.

Studi tersebut juga menemukan bahwa tingkat modifikasi lahan terus meningkat, dengan skor modifikasi manusia global naik sekitar 57 persen per tahun sejak tahun 1990.

Peningkatan paling cepat terlihat di daerah yang dibangun di mana kota-kota berkembang lebih dari empat persen setiap tahun.

Para peneliti juga menunjukkan bahwa sekitar 29 persen negara dan 31 persen ekosistem sangat rentan. Ini adalah tempat-tempat di mana tekanan manusia telah meningkat lebih cepat daripada rata-rata global di mana kurang dari 30 persen lahannya berada di bawah jenis perlindungan apa pun misalnya, taman nasional, cagar alam.

Lebih lanjut, rata-rata hampir tiga ancaman manusia yang berbeda hadir di setiap area yang terdampak. Artinya, upaya konservasi perlu mengatasi berbagai tekanan yang saling terkait, bukan hanya satu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *